BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Otak manusia adalah organ yang unik dan dasyat, tempat
diaturnya proses berfikir, berbahasa, kesadaran, emosi dan kepribadian. Secara
garis besar, otak terbagi dalam 3 bagian besar, yaitu neokortek atau kortex serebri,
system limbik dan batang otak, yang berkerja secara simbiosis. Otak terbentuk
dari dua jenis sel: yaitu glia dan neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan
melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa
listrik yang di kenal sebagai potensial aksi. Mereka berkomunikasi dengan
neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai macam bahan
kimia yang disebut neurotransmitter. Neurotransmitter ini dikirimkan pada celah
yang di kenal sebagai sinapsis. Neurotransmiter paling mempengaruhi sikap,
emosi, dan perilaku seseorang yang ada antara lain Asetil kolin, dopamin,
serotonin, epinefrin, norepinefrin. Karena neurotransmitter berperan dalam mempengaruhi sikap, perilaku, dan emosi seseorang, maka hal itulah yang menjadikan daya tarik penulis untuk membahasnya lebih lanjut dalam bentuk makalah.
1.2 TUJUAN
PENULISAN
a.Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk
mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan neurotransmiter dalam kaitannya
dengan proses terjadinya gangguan jiwa.
b.Tujuan Khusus
·
Mampu
menjelaskan pengertian dari neurotransmitter
·
Mampu
menjelaskan fungsi dari neurotransmitter
· Mampu menjelaskan cara kerja neurotransmiter
·
Mampu
menjelaskan macam – macam neurotransmitter
C. MANFAAT PENULISAN
Semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis dan bagi mahasiswa pada umumnya.
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Neurotransmiter
Neurotransmiter adalah senyawa organik endogenus membawa sinyal di antara neuron. Neurotransmiter terbungkus oleh vesikel sinapsis, sebelum dilepaskan bertepatan dengan
datangnya potensial
aksi. Neurotransmiter adalah
bahan kimia endogen yang
mengirimkan sinyal dari neuron ke sel target di sinaps
. Neurotransmitter yang dikemas ke dalam
vesikel sinaptik berkerumun di bawah membran di
sisi presynaptic sinaps, dan dilepaskan ke
dalam celah sinaptik, di mana mereka mengikat pada
reseptor dimembran pada sisi postsynaptic dari sinaps. Pelepasan
neurotransmiter biasanya mengikuti kedatangan sebuah potensial
aksi pada sinapsis, tetapi juga
dapat mengikuti potensi listrik dinilai. Rendahnya
tingkat ”dasar” rilis jugaterjadi tanpa stimulasi
listrik. Neurotransmiter disintesis dari precursor berlimpah dan
sederhana, seperti asam amino, yang tersedia dari
diet dan yanghanya membutuhkan sejumlah
kecil langkah biosintesis untuk mengkonversi.
Gambar.1.1 Ilustrasi yang melibatkan neurotransmitter |
Gambar
diatas memperlihatkan ilustrasi dari elemen utama pada tranmisi sinapsis sebuah
gelombang elektrokimiawi yang disebut potensi aksi bergerak sepanjang akson
sebuah neuron. Ketika gelombang tersebut mencapai sinapsis, sejumlah molekul
neurotransmitter dilepaskan dan bergerak menuju penyerap yang terletak pada
membrane neuron lain yang berada di dekat sinapsis.
Seluruh
aktivitas kehidupan manusia yang berkenaan dengan otak di atur melalui tiga
cara, yaitu sinyal listrik pada neuron, zat kimiawi yang di sebut
neurotransmitter dan hormon yang dilepaskan ke dalam darah. Hampir seluruh
aktivitas di otak memanfaatkan neurotransmitter.
Beberapa
neurotransmiter utama, antara lain:
· Asam
amino: asam glutamat, asam aspartat, serina, GABA, glisina
· Monoamina:
dopamin, adrenalin, noradrenalin, histamin, serotonin, melatonin
· Bentuk
lain: asetilkolina, adenosina, anandamida, dll.
Puluhan
jenis neurotransmiter yang telah teridentifikasi di bentuk melalui asupan yang
berbeda. Bahan dasar pembentuk neurotransmiter adalah asam amino. Asam amino
merupakan salah satu nutrisi otak terpenting, yang berfungsi meningkatkan
kewaspadaan, mengurangi kesalahan, dan memacu kegesitan pikiran.
Fungsi
asam amino antara lain :
- Penyusun protrein, termasuk enzim.
- Kerangka dasar sejumlah senyawa penting dalam metabolisme (terutama vitamin ,hormon, dan asam nukleat)
- Pengikat logam penting yang di perlukan dalam reaksi enzimatik (kofaktor).
Asam
amino di dapatkan dari sumber-sumber protein. Kadar protein tinggi dapat
ditemukan pada makanan/minuman seperti susu, daging, telur dan keju. Sedangkan
protein yang terdapat dalam sayur-sayuran memiliki kadar terbatas.
Neurotransmitter adalah penghantar bahan kimia dari
system saraf.
Neurotransmitter adalah molekul yang dimana harus memenuhi
sejumlah kriteria harus diklasifikasikan sebagai neurotransmiter. Kriteria ini
biasanya harus dipenuhi melalui berbagai ilmu pengetahuan dasar dan studi
penelitian klinis. Zat yang hanya memiliki telah ditunjukkan untuk memenuhi
beberapa kriteria yang disebut sebagai neurotransmitter putatif, berarti mereka
belum terbukti secara eksperimental untuk memenuhi semua kriteria.
Kriteria Untuk Neurotransmitter
- Jika diberikan secara eksogen sebagai suatu obat, molekul eksogen menyerupai efek neurotransmitter endogen.
- Terdapat suatu mekanisme di dalam neuron atau celah sinaptik untuk menghilangkan atau deaktifasi neurotransmitter.
- Molekul ditemukan dalam neuron prasinaptik dan dilepaskan pada depolarisasi dalam jumlah yang bermakna secara fisiologis
- Molekul disentesis dalam neuron.
Klasifikasi
Tiga jenis utama neurotransmiter di otak adalah
biogenik amina, asam amino, dan peptida. Amina biogenik adalah
neurotransmitter yang paling dikenal, karena mereka adalah yang pertama
temukan. Tetapi, mereka merupakan zat neurotransmiter yang hanya sebagian kecil
dari neuron. Neurotransmitter asam amino terlambat untuk ditemukan, terutama
karena kesulitan dalam membedakan asam amino yang ada sebagian besar protein
dari asam amino sama bertindak terpisah sebagai neurotransmitter.
Neurotransmitter asam amino ditemukan lebih dari 70% dari neuron.
Neurotransmiter peptida adalah Intermediate sedang dalam hal persentase neuron
yang berisi neurotransmitter tipe itu, tapi mereka jauh melampaui dua kategori
lainnya dalam jumlah tipis (sekitar 200 hingga 300 dari neurotransmiter dari
jenis telah putatively diidentifikasi). Kriteria neurotransmiter penuh telah
terpenuhi hanya beberapa peptida tersebut saat ini. Namun demikian, bukti yang
menunjukkan bahwa neurotransmiter peptida putatif, pada kenyataannya,
neurotransmiter umumnya kuat.
Neurotransmisi Kimiawi
Neurotransmisi kimiawi adalah suatu
proses yang
melibatkan pelepasan neurotransmitter oleh satu neuron dan mengikat molekul
neurotransmiter dengan reseptor pada neuron lain. Proses neurotransmisi kimia
dipengaruhi oleh obat yang paling banyak digunakan dalam psikiatri. Semua obat antipsikotik dengan pengecualian clozapine
(clozaril), dianggap menunjukkan efeknya dengan menghambat reseptor dopamine
tipe 2 (D2); hampir semua antidepresan menunjukkan efeknya dengan
meningkatkan jumlah serotonin atau norepinefrin atau keduanya dalam celah
sinaptik dan hamper semua ansiolitik dianggap menunjukkan efeknya pada reseptor
GABAa yang berikatan dengan saluran ion klorida.
Neuromodulator dan Neurohormon
Kata
yang paling sering digunakan untuk menunjukkan sinyal kimia yang mengalir
antara neuron adalah neurotransmitter, meskipun kata-kata dan neurohormonnya
neuromodulators juga digunakan dalam beberapa kasus untuk menekankan karakteristik
khusus. Berbeda dengan efek bersifat langsung dan singkat dari sebuah
neurotransmitter, neuromodulator, sebagai namanya, memodulasi respon neuron
terhadap neurotransmitter. Efek modulasi juga ditemukan untuk jangka
waktu yang lebih lama dari biasanya untuk suatu molekul neurotransmiter un.
Dengan demikian, suatu zat neuromodulasi mungkin memiliki efek pada neuron
selama jangka waktu yang panjang, dan efek yang mungkin lebih terlibat dengan
fine( tuning) dibandingkan dengan
mengaktifkan atau langsung menghambat generasi dari sebuah potensial aksi.
neurohormon A dibedakan oleh kenyataan bahwa ia dilepaskan ke dalam aliran
darah bukan ke dalam ruang extraneuronal di otak. Setelah dalam aliran darah,
neurohormon kemudian dapat berdifusi ke ruang extraneuronal dan memiliki efek
pada neuron.
Gambar 2.2 Neurotransmiter
dengan lokalisasi diskrit dalam otak.
|
Jenis
neurotransmiter
Ada
banyak cara yang berbeda untuk mengklasifikasi neurotransmitter.Membagi mereka
menjadi asam amino, peptida, dan monoamina cukup untuk beberapa tujuan
klasifikasi.
Mayor
neurotransmiter:
Asam amino:
glutamat, aspartat, D-serin, γ-aminobutyric acid (GABA), glisin
Monoamina dan amina biogenik lain: dopamin (DA), norepinefrin (noradrenalin, NE, NA), epinefrin (adrenalin), histamin, serotonin (SE, 5-HT). Lain-lain: asetilkolin (Ach), adenosin, anandamide oksida, nitrat, dll. Selain itu, lebih dari 50 neuroactive peptida telah ditemukan, dan yang baru ditemukan secara teratur. Banyak dari ini adalah “co-dirilis” bersama dengan pemancar kecil-molekul, tetapi dalam beberapa kasus peptida adalah pemancar primer di sinaps. β-endorphin adalah contoh yang relatif terkenal neurotransmitter peptida; ini aktif terlibat dalam interaksi yang sangat spesifik dengan reseptor opioid pada sistem saraf pusat. Ion tunggal, seperti seng synaptically dirilis, juga dianggap oleh beberapa neurotransmitter , seperti juga beberapa molekul gas seperti oksida nitrat (NO) dan karbon monoksida (CO). Ini bukan neurotransmitter klasik oleh definisi ketat, bagaimanapun, karena meskipun mereka semua telah menunjukkan eksperimental yang akan dirilis oleh terminal presynaptic dengan cara kegiatan-tergantung, mereka tidak dikemas ke dalam vesikel.
Monoamina dan amina biogenik lain: dopamin (DA), norepinefrin (noradrenalin, NE, NA), epinefrin (adrenalin), histamin, serotonin (SE, 5-HT). Lain-lain: asetilkolin (Ach), adenosin, anandamide oksida, nitrat, dll. Selain itu, lebih dari 50 neuroactive peptida telah ditemukan, dan yang baru ditemukan secara teratur. Banyak dari ini adalah “co-dirilis” bersama dengan pemancar kecil-molekul, tetapi dalam beberapa kasus peptida adalah pemancar primer di sinaps. β-endorphin adalah contoh yang relatif terkenal neurotransmitter peptida; ini aktif terlibat dalam interaksi yang sangat spesifik dengan reseptor opioid pada sistem saraf pusat. Ion tunggal, seperti seng synaptically dirilis, juga dianggap oleh beberapa neurotransmitter , seperti juga beberapa molekul gas seperti oksida nitrat (NO) dan karbon monoksida (CO). Ini bukan neurotransmitter klasik oleh definisi ketat, bagaimanapun, karena meskipun mereka semua telah menunjukkan eksperimental yang akan dirilis oleh terminal presynaptic dengan cara kegiatan-tergantung, mereka tidak dikemas ke dalam vesikel.
Sejauh pemancar
yang paling umum adalah glutamat, yang rangsang pada lebih dari 90% dari
sinapsis dalam otak manusia . Yang berikutnya yang paling umum adalah GABA,
yang penghambatan di lebih dari 90% dari sinapsis yang tidak
menggunakan glutamat. Meskipun pemancar lain yang digunakan dalam
sinapsis jauh lebih sedikit, mereka mungkin sangat penting fungsional-sebagian
besar obat-obatan psikoaktif mengerahkan efek mereka dengan mengubah tindakan
beberapa sistem neurotransmitter, sering bertindak melalui pemancar selain
glutamat atau GABA. Obat adiktif seperti kokain dan amfetamin mengerahkan
efek mereka terutama pada sistem dopamin. Obat-obatan opiat adiktif
mengerahkan efek mereka terutama sebagai analog peptida opioid fungsional,
yang, pada gilirannya, mengatur tingkat dopamin.
Rangsang
dan penghambatan
Beberapa neurotransmiter biasanya digambarkan
sebagai “rangsang” atau “penghambatan”. Satu-satunya efek langsung dari
neurotransmitter adalah untuk mengaktifkan satu atau lebih jenis
reseptor. Efek pada sel postsynaptic tergantung, karena itu, sepenuhnya
pada sifat-sifat reseptor-reseptor. Hal ini terjadi bahwa untuk beberapa
neurotransmitter (misalnya, glutamat), reseptor yang paling penting semua
memiliki efek rangsang: yaitu, mereka meningkatkan kemungkinan bahwa sel target
akan api potensial aksi. Untuk neurotransmiter lain, seperti GABA,
reseptor yang paling penting semua memiliki efek penghambatan (walaupun ada
bukti bahwa GABA adalah rangsang selama perkembangan otak awal). Namun
demikian, neurotransmiter lain, seperti asetilkolin, yang reseptor baik
rangsang dan hambat ada; dan ada beberapa jenis reseptor yang mengaktifkan
jalur metabolisme yang kompleks dalam sel postsynaptic untuk menghasilkan efek
yang tidak dapat tepat disebut baik rangsang atau penghambatan. Jadi,
merupakan penyederhanaan yang berlebihan untuk memanggil rangsang atau
neurotransmitter penghambatan-bagaimanapun hal tersebut sangat nyaman untuk
menelepon hambat rangsang dan GABA glutamat bahwa penggunaan ini terlihat
sangat sering.
Tindakan
Efek dari sistem neurotransmitter tergantung pada koneksi dari neuron yang menggunakan pemancar, dan sifat kimia dari reseptor yang mengikat pemancar. Berikut adalah beberapa contoh tindakan neurotransmitter penting: Glutamat digunakan di sebagian besar sinapsis rangsang yang cepat di otak dan sumsum tulang belakang. Hal ini juga digunakan pada kebanyakan sinapsis yang “dimodifikasi”, yaitu mampu meningkatkan atau menurunkan kekuatan. Sinapsis dimodifikasi dianggap memori penyimpanan utama elemen dalam otak. Rilis glutamat berlebihan dapat mengakibatkan kematian sel menyebabkan excitotoxicity. GABA digunakan pada sebagian besar sinapsis hambat cepat di hampir setiap bagian otak. Banyak obat penenang / obat penenang bertindak dengan meningkatkan efek GABA. Sejalan dengan glisin adalah pemancar hambat di sumsum tulang belakang. Asetilkolin dibedakan sebagai pemancar pada sambungan neuromuskuler menghubungkan saraf motor ke otot. Para curare panah-racun lumpuh bertindak dengan memblokir transmisi pada sinapsis ini. Asetilkolin juga beroperasi di banyak daerah di otak, tetapi menggunakan berbagai jenis reseptor. Dopamin memiliki sejumlah fungsi penting di otak. Hal ini memainkan peran penting dalam sistem penghargaan, tetapi disfungsi sistem dopamin juga terlibat dalam penyakit Parkinson dan schizophrenia.
Serotonin adalah neurotransmitter monoamina. Kebanyakan diproduksi oleh dan ditemukan di usus (sekitar 90%), dan sisanya di pusat neuron sistem saraf. Ini berfungsi untuk mengatur nafsu makan, tidur, memori dan pembelajaran, suhu, mood, perilaku, kontraksi otot, dan fungsi sistem kardiovaskular dan sistem endokrin. Hal ini berspekulasi untuk memiliki peran dalam depresi, karena beberapa pasien depresi dianggap memiliki konsentrasi yang lebih rendah metabolit serotonin dalam cairan serebrospinal dan jaringan otak. Substansi P adalah undecapeptide bertanggung jawab untuk transmisi rasa sakit dari neuron sensorik tertentu untuk sistem saraf pusat.
Efek dari sistem neurotransmitter tergantung pada koneksi dari neuron yang menggunakan pemancar, dan sifat kimia dari reseptor yang mengikat pemancar. Berikut adalah beberapa contoh tindakan neurotransmitter penting: Glutamat digunakan di sebagian besar sinapsis rangsang yang cepat di otak dan sumsum tulang belakang. Hal ini juga digunakan pada kebanyakan sinapsis yang “dimodifikasi”, yaitu mampu meningkatkan atau menurunkan kekuatan. Sinapsis dimodifikasi dianggap memori penyimpanan utama elemen dalam otak. Rilis glutamat berlebihan dapat mengakibatkan kematian sel menyebabkan excitotoxicity. GABA digunakan pada sebagian besar sinapsis hambat cepat di hampir setiap bagian otak. Banyak obat penenang / obat penenang bertindak dengan meningkatkan efek GABA. Sejalan dengan glisin adalah pemancar hambat di sumsum tulang belakang. Asetilkolin dibedakan sebagai pemancar pada sambungan neuromuskuler menghubungkan saraf motor ke otot. Para curare panah-racun lumpuh bertindak dengan memblokir transmisi pada sinapsis ini. Asetilkolin juga beroperasi di banyak daerah di otak, tetapi menggunakan berbagai jenis reseptor. Dopamin memiliki sejumlah fungsi penting di otak. Hal ini memainkan peran penting dalam sistem penghargaan, tetapi disfungsi sistem dopamin juga terlibat dalam penyakit Parkinson dan schizophrenia.
Serotonin adalah neurotransmitter monoamina. Kebanyakan diproduksi oleh dan ditemukan di usus (sekitar 90%), dan sisanya di pusat neuron sistem saraf. Ini berfungsi untuk mengatur nafsu makan, tidur, memori dan pembelajaran, suhu, mood, perilaku, kontraksi otot, dan fungsi sistem kardiovaskular dan sistem endokrin. Hal ini berspekulasi untuk memiliki peran dalam depresi, karena beberapa pasien depresi dianggap memiliki konsentrasi yang lebih rendah metabolit serotonin dalam cairan serebrospinal dan jaringan otak. Substansi P adalah undecapeptide bertanggung jawab untuk transmisi rasa sakit dari neuron sensorik tertentu untuk sistem saraf pusat.
Neuron
mengekspresikan jenis tertentu dari neurotransmitter kadang-kadang membentuk
sistem yang berbeda, dimana aktivasi dari sistem mempengaruhi volume besar
otak, disebut transmisi volume. Sistem neurotransmiter utama termasuk
noradrenalin (norepinefrin) sistem, sistem dopamin, sistem serotonin dan sistem
kolinergik. Obat menargetkan neurotransmitter dari sistem tersebut mempengaruhi
seluruh sistem; fakta ini menjelaskan kompleksitas tindakan dari beberapa
obat. Kokain, misalnya, blok reuptake dopamin punggung ke neuron presynaptic,
meninggalkan molekul neurotransmitter di celah sinaptik lagi.Sejak dopamin
tetap dalam sinaps lagi, neurotransmitter terus mengikat ke reseptor pada
neuron postsynaptic, memunculkan respon emosional yang
menyenangkan. Kecanduan fisik untuk kokain mungkin akibat dari paparan
kelebihan dopamin dalam sinaps, yang mengarah ke downregulation beberapa
reseptor postsynaptic. Setelah efek obat hilang, satu mungkin merasa
tertekan karena kemungkinan penurunan neurotransmitter mengikat
reseptor. Prozac adalah selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI),
yang menghambat pengambilan kembali serotonin oleh sel presynaptic. Ini
meningkatkan jumlah serotonin hadir pada sinaps dan memungkinkan untuk tinggal
di sana lagi, maka potentiating efek serotonin alami dilepaskan AMPT mencegah
konversi tirosin dengan L-dopa, para pendahulu untuk dopamin;. Reserpin
mencegah penyimpanan dopamin dalam vesikel, dan menghambat deprenyl
monoamine oxidase (MAO)-B dan dengan demikian meningkatkan tingkat dopamin.
Penyakit dapat mempengaruhi sistem neurotransmiter tertentu. Misalnya,
penyakit Parkinson adalah setidaknya sebagian terkait dengan kegagalan sel
dopaminergik di otak mendalam inti, misalnya substansia nigra. Perawatan
potentiating efek prekursor dopamin telah diusulkan dan dilakukan, dengan
keberhasilan moderat.
Dopamin precursor
L-dopa, prekursor dopamin yang
melintasi penghalang darah-otak, digunakan dalam pengobatan penyakit Parkinson.
Prekursor neurotransmitter
Sementara asupan prekursor neurotransmitter tidakmeningkatkan sintesisneurotransmiter,bukti dicampur sebagai apakah rilis neurotransmiter (tembak)
meningkat. Bahkan dengan rilis
neurotransmiter meningkat, tidak jelas apakah ini
akan menghasilkan peningkatan jangka panjang dalam
kekuatan sinyalneurotransmitter, karena sistem saraf dapat
beradaptasi dengan perubahanseperti
sintesis neurotransmiter meningkat dan karena itu
dapat menjagakonstan menembak
. Beberapa neurotransmiter mungkin memiliki peran dalam
depresi, dan ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa asupan
prekursor neurotransmitter ini mungkin berguna dalam
pengobatan depresi ringan dan moderat.
Prekursor serotonin
Administrasi L-triptofan, prekursor serotonin, terlihat untuk
melipatgandakan produksi serotonin di otak. Hal ini secara
signifikan lebih efektif daripadaplasebo dalam
pengobatan depresi ringan dan moderat. Konversi inimembutuhkan
vitamin C. 5-hydroxytryptophan (5-HTP), juga
merupakanprekursor untuk serotonin, juga lebih efektif
daripada plasebo.
2.2. Macam – Macam Neurotransmiter
Neurotransmiter
merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam gelembung
sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal melalui
eksositosis dan juga direabsorpsi untuk daur ulang. Neurotransmiter merupakan
cara komunikasi antar neuron. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan
permeabilitas sel neuron, sehingga neuron menjadi lebih kurang dapt menyalurkan
impuls, tergantung dari neuron dan transmiter tersebut. Contoh-contoh
neurotransmiter adalah norepinefrin, acetilkolin, dopamin, serotonin, asam gama
aminobutirat (GABA), glisin, dan lain-lain.
1. 1. Asetilkolin (CH3COOCH2CH2N+(CH3)3)
Asetilkolin
merupakan substansi transmitter yang disintesis diujung presinap dari koenzim
asetil A dan kolin dengan menggunakan enzim kolin asetiltransferase. Kemudian
substansi ini dibawa ke dalam gelembung spesifiknya. Ketika kemudian gelembung
melepaskan asetilkolin ke dalam celah sinap, asetilkolin dengan cepat memecah
kembali asetat dan kolin dengan bantuan enzim kolinesterase, yang berikatan
dengan retikulum proteoglikan dan mengisi ruang celah sinap. Kemudian gelembung
mengalami daur ulang dan kolin juga secara aktif dibawa kembali ke dalam ujung
sinap untuk digunakan kembali bagi keperluan sintesis asetilkolin baru.
2. 2. Noepinefrin, epinephrine, dan dopamine
Noepinephrine,
epinephrine, dan dopamine dikelompokkan dalam cathecolamines.
Hidroksilasi tirosin merupakan tahap penentu (rate-limiting step) dalam
biosintesis cathecolamin. Disamping itu, enzim tirosin hidroksilase ini
dihambat oleh oleh katekol (umpan balik negatif oleh hasil akhirnya).
a.
Dopamin
(NO2C8H11)
Merupakan neurotransmiter yang mirip
dengan adrenalin dimana mempengaruhi proses otak yang mengontrol gerakan,
respon emosional dan kemampuan untuk merasakan kesenangan dan rasa sakit.
Dopamin sangat penting untuk mengontrol gerakan keseimbangan. Jika kekurangan
dopamin akan menyebabkan berkurangnya kontrol gerakan seperti kasus pada
penyakit Parkinson. Jika kekurangan atau masalah dengan aliran dopamine dapat
menyebabkan orang kehilangan kemampuan untuk berpikir rasionil, ditunjukkan
dalam skizofrenia. dari perut tegmental area yang banyak bagian limbic sistem
akan menyebabkan seseorang selalu curiga dan memungkinkan untuk mempunyai
kepribadian paranoia. Jika kekurangan Dopamin di bidang mesocortical dari
daerah perut tegmental ke neocortex terutama di daerah prefrontal dapat
mengurangi salah satu dari memori.
b. Norepineprin (C8H9NO3)
Disekresi oleh sebagian besar neuron
yang badan sel/somanya terletak pada batang otak dan hipothalamus. Secara khas
neuron-neuron penyekresi norephineprin yang terletak di lokus seruleus di dalam
pons akan mengirimkan serabut-serabut saraf yang luas di dalam otak dan akan
membantu pengaturan seluruh aktivitas dan perasaan, seperti peningkatan
kewaspadaan. Pada sebagian daerah ini, norephineprin mungkin mengaktivasi
reseptor aksitasi, namun pada yang lebih sempit malahan mengatur reseptor
inhibisi. Norephineprin juga sebagian disekresikan oleh sebagian besar neuron
post ganglion sistem saraf simpatisdimana ephineprin merangsang beberapa organ
tetapi menghambat organ yang lain.
c.
Epinefrin
(C9H23NO3)
Epinefrin
merupakan salah satu hormon yang berperan pada reaksi stres jangka pendek. Epinefrin
disekresi oleh kelenjar adrenal saat ada keadaan gawat ataupun berbahaya. Di
dalam aliran darah epinefrin dengan cepat menjaga kebutuhan tubuh saat terjadu
ketegangan, atau kondisi gawat dengan memberi suplai oksigen dan glukosa lebih
pada otak dan otot. Selain itu epinefrin juga meningkatkan denyut jantung, stroke
volume, dilatasi dan kontraksi arteriol pada gastrointestinal dan otot
skeleton. Epinefrin akan meningkatkan gula darah dengan jalan meningkatkan
katabolisme dari glikogen menjadi glukosa di hati dan saat bersamaan menurunkan
pembentukan lipid dari sel-sel lemak.
Epinefrin memiliki banyak sekali fungsi di hampir seluruh
tubuh, diantaranya dalam mengatur konsentrasi asam lemak, konsentrasi glukosa
darah, kontrol aliran darah ginjal, mengatur laju metabolisme, kontraksi otot
polos, termogenesis kimia, vasodilatasi, vasokonstriksi, dll
3. Glutamate
(C5H9NO4)
Glutamate merupakan
neurotransmitter yang paling umum di sistem
saraf pusat, jumlahnya kira-kira separuh dari semua neurons di otak. Sangat penting
dalam hal memori. Kelebihan Glutamate akan membunuh neuron di otak. Terkadang
kerusakan otak atau stroke akan mengakibatkan produksi glutamat berlebih akan
mengakibatkan kelebihan dan diakhiri dengan banyak sel-sel otak mati daripada
yang asli dari trauma. AlS, lebih dikenal sebagai penyakit Lou Gehrig’s, dari
hasil produksi berlebihan glutamate. Banyak percaya mungkin juga cukup
bertanggung jawab untuk berbagai penyakit pada sistem saraf, dan mencari cara
untuk meminimalisir efek.
4. Serotonin
(C10H12N2O)
Serotonin (5-hydroxytryptamine,
atau 5-HT) adalah suatu neurotransmitte rmonoamino yang
disintesiskan dalam neuron-neuron serotonergis dalam sistem saraf pusat (CNS)
dan sel-sel enterochromaffin dalam saluran pencernaan.
Pada system saraf pusat serotonin
memiliki peranan penting sebagai neurotransmitter yang berperan pada proses
marah, agresif, temperature tubuh, mood, tidur, human sexuality, selera
makan, dan metabolisme, serta rangsang muntah.
Serotonin memiliki aktivitas yang
luas pada otak dan variasi genetic pada reseptor serotonin dan transporter
serotonin, yang juga memiliki kemampuan untuk reuptake yang jika
terganggu akan memiliki dampak pada kelainan neurologist.
Obat-obatan yang mempengaruhi jalur
dari pembentukan serotonin biasanya digunakan sebagai terapi pada banyak
gangguan psikiatri, selain itu serotonin juga merupakan salah satu dari pusat
penelitian pengaruh genetic pada perubahan genetic psikiatri.
Pada beberapa studi yang telah
dilakukan dapat dibuktikan bahwa pada beberapa orang dengan gangguan cemas
memiliki serotonin transporter yang tidak normal dan efek dari perubahan ini
adalah adanya peluang terjadinya depresi jauh lebih besar dibanding orang
normal.Dari peneltian terbaru juga didapatkan bahwa serotonin bersama-sama
dengan asetilkolin dan norepinefrin akan bertindak sebagai neurotransmitter
yang dilepaskan pada ujung-ujung saraf enteric. Kebanyakan nuclei rafe akan
mensekresi serotonin yang membantu dalam pengaturan tidur normal. Serotonin
juga merupakan salah satu dari beberapa bahan aktif yang akan mengaktifkan
proses peradangan, yang akan dimulai dengan vasodilatasi pembuluh darah lokal
sampai pada tahap pembengkakan sel jaringan, selain itu serotonin juga memiliki
kendali pada aliran darah, kontraksi otot polos, rangsang nyeri, system
analgesic, dan peristaltic usus halus.
5. GABA
γ-Aminobutyric acid (GABA) adalah neurotransmiter inhibisi utama pada sistem
saraf pusat. GABA berperan penting dalam mengatur exitability neuron
melalui sistem saraf. Pada manusia, GABA juga bertanggung jawab langsung pada
pengaturan tonus otot.
GABA dibentuk dari dekarboksilasi
glutamat yang dikatalis oleh glutamate decarboxylase (GAD).GAD umumnya terdapat
dalam akhiran saraf. Aktivitas GAD membutuhkan pyridoxal
phosphate (PLP) sebagai kofaktor. PLP dibentuk dari vitamin B6
(pyridoxine, pyridoxal, and pyridoxamine) dengan bantuan pyridoxal kinase.
Pyridoxal kinase sendiri membutuhkan zinc untuk aktivasi. Kekurangan pyridoxal
kinase atau zinc dapat menyebabkan kejang, seperti pada pasien
preeklamsi.Reseptor GABA dibagi dalam dua jenis: GABAA dan GABAB.
Reseptor GABAA membuka saluran florida dan diantagonis oleh
pikrotoksin dan bikukulin, yang keduanya dapat mnimbulkan konvulsi umum.
Reseptor GABAB yang secara
selektif dapat diaktifkan oleh obat anti spastik baklofen, tergabung dalam
saluran kalium dalam membran pascasinaps. Pada sebagian besar daerah otak IPSP
terdiri atas komponen lambat dan cepat. Bukti-bukti menunjukkan bahwa GABA
adalah transmiter penghambat yang memperantarai kedua componen tersebut. IPSP
cepat dihambat oleh antagonis GABAA, sedangkan IPSP lambat oleh
antagonis GABAB. Penelitian imunohistokimia menunjukkan bahwa
sebagian besar dari saraf sirkuit local mensintesis GABA. Satu kelompok khusus
saraf dari sirkuit local terdapat di tanduk dorsal sumsum tulang belakang juga
menghasilkan GABA. Saraf-saraf ini membentuk sinaps aksoaksonik dengan terminal
saraf sensoris primer dan bekerja untuk inhibisi presinaps.
Pada vertebrata, GABA berperan dalam
inhibisi sinaps pada otak melalui pengikatan terhadap reseptor spesifik
transmembran dalammembran plasma pada proses pre dan post sinaps. Pengikatan
ini menyebabkan terbukanya saluran ion sehingga ion klorida yang bermuatan
negatif masuk kedalam sel dan ion kalium yang bermuatan positif keluar dari
sel. Akibatnya terjadi perubahan potensial transmembran, yang biasanya
menyebabkan hiperpolarisasi. Reseptor GABAA merupakan reseptor
inotropik yang merupakan saluran ion itu sendiri, sedangkan Reseptor GABAB
merupakan reseptor metabotropik yang membuka saluran ion melalui
perantara G protein (G protein-coupled reseptor)
Neuron-neuron yang
menghasilkanyang menghasilkan GABA disebut neuron GABAergic. Sel medium spiny
merupakan salahsatu contoh sel GABAergic
6. Glisin (NH2CH2COOH)
Glisin
(Gly, G) atau asam aminoetanoat
adalah asam amino alami paling sederhana. Glisin merupakan asam amino terkecil
dari 20 asam amino yang umum ditemukan dalam protein. Kodonnya adalah GGU, GGC,
GGA dan GGG.
Glisin merupakan
satu-satunya asam amino yang tidak memiliki isomer optik karena gugus residu yang terikat pada atom karbon alpha adalah atom hidrogen sehingga terjadi
simetri. Jadi, tidak ada L-glisin atau D-glisin.
Glisin merupakan asam amino yang
mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi karena strukturnya sederhana.
Sebagai contoh, glisin adalah satu-satunya asam amino internal pada heliks kolagen, suatu protein struktural. Pada sejumlah protein penting
tertentu, misalnya sitokrom c, mioglobin, dan hemoglobin, glisin selalu berada
pada posisi yang sama sepanjang evolusi (terkonservasi). Penggantian glisin dengan
asam amino lain akan merusak struktur dan membuat protein tidak berfungsi
dengan normal. Secara umum protein tidak banyak pengandung glisina.
Perkecualian ialah pada kolagen yang dua per tiga dari keseluruhan asam
aminonya adalah glisin.
Glisin bekerja sebagai transmiter
inhibisi pada sistem saraf pusat, terutama pada medula spinalis, brainstem, dan
retina. Jika reseptor glisin teraktivasi, korida memasuki neuron melalui reseptor
inotropik, menyebabkan terjadinya potensial inhibisi post sinaps (Inhibitory postsynaptic
potential / IPSP). Strychnine merupakan antagonis
reseptor glisin yang kuat, sedangkan bicuculline merupakan antagonis reseptor glisin yang
lemah. Glisin merupakan reseptor agonis bagi glutamat reseptor NMDA.
7. Aspartat
Asam
aspartat (Asp) adalah α-asam amino
dengan rumus
kimia HO2CCH(NH2)CH2CO2H.
Asam aspartat (atau sering disebut aspartat saja, karena terionisasi di
dalam sel), merupakan satu dari 20
asam amino penyusun protein.
Asam
aspartat bersama dengan asam glutamat bersifat asam dengan pKa
dari 4.0. Bagi mamalia aspartat tidaklah esensial. Fungsinya diketahui
sebagai pembangkit neurotransmisi di otak
dan saraf otot. Diduga, aspartat berperan dalam daya
tahan terhadap kelelahan. Senyawa ini juga merupakan produk dari daur urea
dan terlibat dalam glukoneogenesis.
Aspartat (basa
konjugasi dari asam aspartat) merupakan neurotransmiter yang bersifat eksitasi
terhadap sistem saraf pusat. Aspartat merangsang reseptor NMDA
(N-metil-D-Aspartat), meskipun tidak sekuat rangsangan glutamat terhadap
reseptor tersebut.
Sebagai neurotransmitter, aspartat
berperan dalam daya tahan terhadap kelelahan. Tetapi,bukti-bukti yang mendukung
gagasan ini kurang kuat.
8. Nitrat Oksida
(NO)
NO adalah
substansi molekul kecil yang baru ditemukan. Zat ini terutama timbul di daerah
otak yang bertanggung jawab terhadap tingkah laku jangka panjang dan untuk
ingatan. Karena itu, transmitter yang baru ditemukan ini dapat menolong kita
untuk menjelaskan mengenai tingkah laku dan fungsi ingatan. Oksida nitrat
berbeda dengan transmitter molekul lainnya dalam hal mekanisme pembentukan di
ujung presinap dan kerjanya di neuron post sinap. Zat ini tidak dibentuk
sebelumnya dan disimpan dalam gelembung ujung presinap seperti transmitter
lain. Zat ini disintesis hampir segera saat diperlukan dan kemudian berdifusi
keluar dari ujung presinap dalam waktu beberapa detik dan tidak dilepaskan
dalam paket gelembung-gelembung. Selanjutnya zat ini berdifusi ke dalam neuron
post sinap yang paling dekat, selanjutnya di neuron postsinap, zat ini tidak
mempengaruhi membran potensial menjadi lebih besar, tetapi sebaliknya mengubah
fungsi metabolik intraseluler yang kemudian mempengaruhi eksitabilitas neuron
dalam beberapa detik, menit, atau barangkali lebih lama.
9. Neuropeptida
Neuropeptida merupakan kelompok transmitter yang sangat
berbeda dan biasanya bekerja lambat dan dalam hal lain sedikit berbeda dengan
yang terdapat pada transmitter molekul kecil.
Sekitar 40 jenis peptida
diperkirakan memiliki fungsi sebagai neurotransmitter. Daftar peptida ini
semakin panjang dengan ditemukannya putative neurotransmitter (diperkirakan
memiliki fungsi sebagai neurotransmitter berdasarkan bukti-bukti yang ada
tetapi belum dapat dibuktikan secara langsung). Neuropeptida sudah dipelajari
sejak lama, namun bukan dalam fungsinya sebagai neurotransmitter, namun
fungsinya sebagai substansi hormonal. Peptida ini mula-mula dilepaskan ke dalam
aliran darah oleh kelenjar endokrin, kemudian hormon-hormon peptida itu akan
menuju ke jaringan-jaringan otak. Dahulu para ahli meyangka bahwa peptida
dihasikan dalam kelenjar hormon danmasuk ke dalamjaringan otak, namun saat ini
sudah dapat dibuktikan bahwa peptida yang berfungsi sebagai neurotransmitter,
dapat disintesa dan dilepaskan oleh neuron di susunan saraf.
Neuropeptida tidak disintesis dalam
sitosol pada ujung presinap. Namun demikian, zat ini disintesis sebagai bagian
integral dari molekul protein besar oleh ribosom-ribosom dalam badan sel neuron.
Molekul protein selanjutnya mula-mula memasuki retikulum endoplasma badan sel
dan kemudian ke aparatus golgi, yaitu tempat terjadinya perubahan berikut:
a.
Protein secara enzimatik memecah
menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil dan dengan demikian melepaskan
neuropeptidanya sendiri atau prekursornya.
b.
Aparatus golgi mengemas neuropeptida
menjadi gelembung-gelembung transmitter berukuran kecil yang dilepaskan ke
dalam sitoplasma.
c.
Gelembung transmitter ini dibawa ke
ujung serabut saraf lewat aliran aksonal dari sitoplasma akson, berkeliling
dengan kecepatan lambat hanya beberapa sentimeter per hari.
d.
Akhirnya gelembung ini melepaskan
trasnmitternya sebagai respon terhadap potensial aksi dengan cara yang sama
seperti untuk transmitter molekul kecil. Namun gelembung diautolisis dan tidak
digunakan kembali.
2.3 Cara
Kerja Neurotransmiter
Neurotransmiter
merupakan senyawa kimia pembawa pesan yang meneruskan
informasi
elektrik dari sebuah neuron ke neuron lain atau sel efektor. Sifat
neurotransmiter
adalah sebagai
berikut:
• Disintesis di
neuron presinaps
• Disimpan di
vesikel dalam neuron presinaps
• Dilepaskan
dari neuron di bawah kondisi fisiologis
• Segera
dipindahkan dari sinaps melalui uptake atau degradasi
• Berikatan
dengan reseptor menghasilkan respon biologis.
Gambar 2.3 Tahapan yang dialami
neurotransmitter
|
2.4 Hubungan
Neuotransmiter dengan Perilaku
Gangguan
perilaku sebenarnya bisa diatasi asalkan mengetahui cara memilih makanan yang
tepat. Menurut Andang Gunawan, ND, ahli terapi nutrisi, hubungan antara
konsumsi makanan dengan gangguan perilaku berkaitan dengan neurotransmitter.
Neurotransmitter adalah kimia otak yang berfungsi sebagai pembawa pesan atau
sinyal antar sel-sel saraf tubuh. Neurotransmitter juga ada di otak mau pun di
pencernaan. Pesan yang diterima neurotransmitter pencernaan akan ditransfer
melalui neurotransmitter-neurotransmitter sampai mencapai neurotransmitter
otak. Neurotransmitter terbentuk dari asam amino triphopan, vitamin B6, vitamin
C dan beberapa jenis mineral. Pembentukannya sangat tergantung pada pasokan
makanan. Jika salah satu atau beberapa bahan dasar tersebut asupannya rendah,
maka pembentukan fungsi neurotransmitter akan terganggu. Jenis makanan yang
umumnya menimbulkan gangguan perilaku adalah makanan olahan yang mengandung
zat-zat aditif atau sintetis. Dan efeknya bergantung kepada daya tahan
masing-masing individu (bagi orang yang sensitive sekali, reaksinya akan
langsung muncul dalam bentuk gangguan perilaku). Zat-zat aditif dan zat-zat
kimia sintetis ini sifatnya mem-blok atau mengganggu neurotransmitter otak
dengan cara meniru cara kerja neurotransmitter otak. Sehingga mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat-zat aditif dan zat-zat sintetis akan menyebabkan
timbulnya perilaku yang tak terkendali seperti mudah marah, beringas atau loyo.
Bahan makanan tertentu seperti terigu (biskuit dan roti), susu dan makanan yang
mengandung MSG juga dapat menimbulkan gangguan perilaku pada orang-orang
tertentu.
Dr.
Natasha Campbel McBride, ahli gizi sekaligus ahli saraf Amerika dalam bukunya
"Gut And Psychology Syndrome menyatakan bahwa makanan yang mengandung
kasein dan gluten dicurigai dapat mempengaruhi kesehatan usus pada orang-orang
tertentu, terutama pada penderita autis. Kasein adalah protein yang terkandung
dalam susu dan produk makanan dan oats, misalnya tepung terigu, roti, oatmeal
dan mie. Bagi penderita autis, gluten dan kasein dianggap sebagai racun karena
tubuh penderita autis tidak menghasilkan enzim untuk mencerna kedua jenis
protein ini. Akibatnya protein yang tercerna dengan baik akan diubah menjadi
komponen kimia yang disebut opioid atau opiate. Opiaid bersifat layaknya
obat-obatan seperti opium, morfin, dan heroin yang bekerja sebagai toksin
(racun) dan mengganggu fungsi otak dan sistem imunitas. Penderita gangguan
perilaku yang terkait dengan gangguan pencernaan seperti autis disarankan untuk
menjalani diet bebas gluten dan kasein atau diet GFCF (gluten free/ casein
free) selama 3-6 bulan.Perubahan pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi
merupakan cara yang efektif untuk mengatasi gangguan perilaku.
Empat
jenis neurotransmitter yang berhubungan dengan perilaku, yaitu:
·
1. Serotonin,
Serotonin
mempengaruhi nafsu makan dan mood. Jika kurang akan membuat sedih, lemah,
malas. Jika berlebihan akan membuat beringas dan hiperaktif.
· 2. Asetilkolin
Asetilkolin
mempengaruhi kemampuan konsentrasi dan belajar.
·
3. Dopamin dan Neropinefrin
Dopamin
dan Neropinefrin menjaga agar tetap bersemangat, waspada, termotivasi, dan kuat
menjalani aktivitas.
Bagi
bayi pola bakteri dalam usus sangat mampengaruhi kondisi tubuhnya. Kesehatan
pencernaan juga dipengaruhi oleh pola makan dan pelayanan kesehatan modern.
Pola makan modern yang gemar mengkonsumsi makanan instan dan mengandung gula
yang diproses (refined sugar) akan memberi makan kepada bakteri jahat. Bahan
aditif seperti MSG, zat pengawet dan zat pewarna juga berpengaruh pada
perkembangbiakan bakteri jahat. Konsumsi obat dan antibiotik yang berlebihan
juga akan menghancurkan. Konsumsi obat dan antibiotik yang berlebih juga akan
menghancurkan bakteri baik dan menghancurkan bakteri jahat untuk semakin banyak
berkembang. Polusi lingkungan, bahan kimia, logam berat dan toksin dalam makanan
juga menyebabkan gangguan pada pola koloni bakteri yang hidup dalam usus.
Menurut
Dr Cosford, pola koloni bakteri di dalam usus seseorang ditentukan saat
kelahiran. "Ketika bayi dilahirkan secara normal lewat vagina ibunya, bayi
itu akan mendapatkan pola bakteri yang sama dengan ibunya. Jika ibunya
mempunyai pola bakteri yang baik, maka bayi itu juga akan mempunyai pola
bakteri yang baik. Tetapi kenyataannya, gaya hidup modern membuat pola bakteri
dari ibu hamil zaman sekarang justru semakin buruk. "Pola makan modern dan
konsumsi aneka obat serta suplemen yang diberikan kepada ibu hamil akan
mengubah pola bakteri usus dan berpengaruh pada pola bakteri bayi yang
dilahirkan. Di zaman sekarang banyak bayi yang dilahirkan lewat operasi caesar,
padahal ini juga akan berpengaruh pada pola bakteri usus bayi. Dr. Cosford
mengatakan bahwa bayi yang lahir lewat operasi caesar bahkan sama sekali tidak
mendapat bakteri usus dari ibunya. Bayi ini akan memiliki pola bakteri yang
sama sekali berbeda dari ibunya dan biasanya akan menyebabkan kondisi kesehatan
bayi kurang baik dibandingkan bayi yang lahir normal.Memberikan ASI ekslusif
selama 6 bulan awal kelahiran merupakan solusi dan kesempatan terbaik untuk
meningkatkan populasi bakteri baik dalam usus bayi demi kesehatannya di masa
depan. Menurut penelitian, bayi yang diberi susu formula memiliki resiko lebih
besar terkena infeksi telinga, alergi, asma dan masalah kesehatan dibandingkan
bayi yang diberi ASI ekslusif.
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
·
Neurotransmiter
adalah senyawa organik endogenus membawa sinyal di antara neuron.
·
Neurotransmiter
terbungkus oleh vesikel sinapsis, sebelum dilepaskan bertepatan dengan
datangnya potensial aksi.
·
Tidak hanya itu,
Neurotransmitter dalam bentuk zat kimia berfungsi sebagai penghubung antara
otak ke seluruh jaringan saraf dan pengendalian fungsi tubuh. Secara sederhana,
dapat dikatakan neurotransmiter merupakan bahasa yang digunakan neuron di otak
dalam berkomunikasi.
·
Neurotransmitter
dibagi menjadi delapan yaitu:
ü Asetilkolin (Ach).
ü Dopamin
ü Norepinephrine
ü Serotonin (5HT)
ü Glutamate
ü Gamma Amino Butyric Acid (GABA)
ü Peptide: Opiod Type
ü Endorphin.
3.2
Saran
·
Ketidakseimbangan
DAFTAR
PUSTAKA
http://fitrihiperemesis.blogspot.com/2011/04/pengaruh-neurotransmiter-dalam-proses
http://psycho06.blogspot.com
http://explore-3p.blogspot.com/2012/01/macam-macam-neurotransmitter.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar